A.
Konsep
Medis
1.
Pengertian
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada
alam perasaan (afektif, mood) yang
ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup, tidak ada
semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak
berguna dan putus asa. (Iyus, 2007)
Depresi
merupakan gangguan alam perassan yang berat dan dimanifestasikan dengan
gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada
individu yang bersangkutan. Depresi merupakan reaksi yang normal bila
berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas,
lama, dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala
psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas
dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. (Iyus, 2009)
Adapun
masa remaja adalah masa masa peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa.
Haber, Leach menentukan usia remaja antara 12-18 tahun, sementara Wilson menggunakan usia remaja adalah 12-20
tahun. (Ermawati, dkk. 2009)
Masa remaja sebagai masa atau tahap perkembangan manusia yang
sering mengalami depresi. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup
dengan tenang, damai, serta menikmati masa perkembangan emosi dan seksual
bersama dengan teman sebayanya. Penuh rasa cinta dan penuh rasa kasih sayang.
ada kenyataannnya tidak semua anak remaja mendapatkan kesempatan yang sama
untuk mengecap kondisi hidup idaman ini. Berbagai persoalan hidup yang mendera
anak remaja sepanjang harinya, seperti : kebodohan, kegagalan yang beruntun,
stress yang berkepanjangan ataupun konflik dengan keluarga atau kondisi lain
seperti tidak memiliki semangat dalam hidupnya. Kondisi-kondisi hidup seperti
ini dapat memicu terjadinya depresi.(Ari,2011.hal 3)
2.
Etiologi
Penyebab terjadinya
depresi antara lain : (Ayub.2011)
1)
Kekecewaan
Hampir semua penderita
depresi mengeluh adanya satu atau lebih kekecewaan dalam hidupnya. Sebagai
penyebab kekecewaan seperti misalnya tidak lulus ujian, tidak naik kelas, tidak
menjadi kaya. Jadi kekecewaan sebagai alasan bagi pasien untuk menjadi depresi.
2)
Terperangkap
Merasa dirinya
terperangkat secara fisik maupun secara mental emosional. Hal-hal yang
bertentangan dengan hati nuraninya sering menjadi sebab depresi, terutama bila
dia merasa terperangkat dan tak bisa lepas dari hal tersebut. Merasa
terperangkat sehingga dia menjadi tidak bebas, dapat membuatnya depresi .
malahan ada yang menjadi depresi karena dia terperangkap oleh kebiasaannya
sendiri.
3)
Penolakan
Pada wanita penolakan
cinta dan kasih sayang sering membawa ke arah depresi, sedangkan pada pria
penolakan oleh kelompok atau group tertentu sering membuatnya depresi.
4)
Kurang percaya diri
Pasien depresi merasa
kurang percaya diri, dan hal ini merupakan penyebab depresinya. Padahal depresi
menimbulkan rasa percaya diri. Hal ini lebih jelas kepada kepribadian tertentu
yang tidak pernah puas dengan keadaanya.Hal ini semakin diperhebat dengan rasa
kecewa yang berlebihan.Kurang percaya diri ini disebabkan harapan yang
diletakkan terlalu berlebihan, sehingga tak perna dicapainya.
5)
Perbandingan yang tak serasi
Penderita depresi
justru senang memperbandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya seorang
sarjana kecewa karena tidak mendapat promosi sedangkan bawahannya yang
pendidikannya lebih rendah mendapatkan promosi. Hal ini merupakan perbandingan
yang tak serasi, karena dia membandingkan hanya pada satu aspek saja sedangkan
orang lain menilai dari banyak aspek.
6)
Tujuan yang tak rasional
Dalam hidup ini sering
kita menciptakan tujuan hidup. Tujuan tidak realistik akan menyebabkan
kekecewaan.
7)
Penyakit kronis
Berbagai penyakit
kronis (menahun), dapat menimbulkan depresi. Penyakit jantung, hipertensi,
penyakit gula, penyakit hati, akan menjalar dalam bentuk gangguan depresi.
8)
Ambivalensi (sikap mendua)
Ambivalensi ialah sikap
mendua. Merasa benci tapi juga cinta, pada suatu objek dan dalam waktu yang
sama. Sikap Ambivalensi ini sangat berbahaya, dan sering penderitanya mengalami
depresi.
9)
Kepribadian
Ada suatu kepribadian
yang paling sering menyebabkan depresi yaitu kepribadian melankolis. Orangnya
sensitif, mudah tersinggung, ingin sempurna dan tidak ingin disalahkan.
Kadang-kadang romantis, dan bersedia menerima penderitaan sebagai bagian dari
hidupnya.
3.
Tanda
dan Gejala
Gejala depresi yang
sangat sering diketemukan: (Ayub.2011)
1) Insomnia
a. Sulit
jatuh tertidur (masuk tidur)
b. Tidur
dangkal (mudah terbangun)
c. Banyak
mimpi
d. Bangun
dini hari
e. Lesu
setelah bangun di pagi hari
2) Anxietas
(cemas, was-was, dan khawatir)
Pada penderita depresi
terjadi gangguan Anxietas dalam waktu yang relatif normal dengan intensitas
yang tinggi. Bila hal ini terjadi akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
Konsentrasinya akan terganggu dan berbagai gejala di bawah ini akan timbul:
Bentuknya sebagai
berikut, yaitu:
a. Cemas
b. Stress
c. Berbagai
gangguan somatic, yaitu:
a) Sistem
Kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
b) Sistem
Pencernaan
c) Sistem
Urugenital (kemih)
d) Yang
paling sering adalah keluhan pada sistem otonom. Seperti misalnya sakit kepala
yang hebat, penglihatan kabur, kelopak mata bergetar, suara menjadi parau,
tercekik, berkeringat dingin terutama pada telapak tangan, dan gemetar.
3) Gangguan
emosi
Gangguan
emosi sering terlihat pada gangguan depresi ringan. Ciri-ciri gagguan depresi
terdiri dari:
a. Disforia
Ditandai dengan
ketidakmampuan berkomunikasi secara emosional, karena dirinya penuh dengan
pelbagai tekanan mental. Pasien lebih menarik diri dari lingkungan tak mau bergaul,
dan menyendiri. Sepanjang hari dia merasakan duka nestapa dan kesedihan yang
mendalam tanpa suatu sebab yang jelas.
b. Anhedonia
Yaitu ketidakmampuan
untuk menikmati kesenangan. Kerjaan, kedudukan, nama besar, dan kemuliaan serta
kekuasaan yang didapat dari kerja yang dilakukan semestinya sesuatu yang
membahagiakan. Hal-hal tersebut mulai tak diminati lagi, kebanyakan penderita
depresi mulai sedang bekerja, segan mencari kedudukan dan nama besar, serta
kurang bergairah pada kerja, tak peduli pada kewajiban, kemuliaan dan
kedudukan.
c. Gangguan
konsentrasi
Afek yang rendah dapat
menyebabkan konsentrasi menurun. Penderita depresi mengeluh sulit memusatkan
perhatian dan sukar menangkap hal-hal yang baru dipelajatinya. Tak dapat
berdebat dengan cepat, pikirannya cepat buntu dan sulit untuk mengemukakan
pendapat. Menjadi pelupa seperti orang tua pikun. Penurunan daya ingat ini seperti orang yang menderita pikun, namun
beda dengan pikun yang makin lama pelupanya makin hebat. Penurunan daya ingat
ini sifatnya sementara. Bila dia telah sembuh dari depresi, daya ingatnya akan
baik kembali seperti sedia kala.
d. Bunuh
Diri
Beberapa dokter segan
menanyakan gejala “suicide” karena menurut mereka pertanyaan itu seperti
menyarankan suatu ide yang buruk kepada pasiennya. Padahal yang sebenarnya
pasien mempunyai pikiran tersebut. Depresi yang hebat, pikiran bunuh diri telah
ada dalam benaknya, sedangkan pada depresi yang relatif ringan pikiran itu
walaupun ada, tetapi dicoba ditolaknya karena berbagai alasan. Namun sebenarnya
mereka kehilangan semangat hidup, tak bergairah akan kehidupan ini dan dalam
taraf lebih lanjut mengemukakan bahwa mereka lebih baik mati saja daripada
menderita seperti ini. Pada pasien depresi. Tindakan bunuh diri dilakukan bukan
untuk tujuan tertentu, melainkan merupakan bagian dari penyakitnya sendiri,
yaitu bagian rasa bersalah dan berdosa.
e. Agitasi
atau Retardasi
Depresi dengan Agitasi,
dapat menjadi agresif dan mengancam dengan emosi yang meluap. Bentuk yang
ringan tampil dalam bentuk kegelisahan, tak dapat duduk diam selalu
mengerak-gerakkan tangan, menggigit-gigit kuku atau mencabut rambut.
Pasien depresi dengan Retardasi dalam
bentuk yang ekstrem, menolak bicara dalam bentuk yang ringan biasanya segala
gerakannya lambat dan tak bergairah. Wajahnya murung tampak perubahan mimik
sama sekali.
f. Gejala
lain
Kadang terdapat gejala
halusinasi khususnya pada depresi psikotik. Halusinasi pada depresi tertuju
pada dirinya, sesuai dengan emosi pada saat itu. Hal ini berbeda dengan
halusinasi pada skizofrenia dimana terdengar suara-suara dari dua orang atau lebih.
4.
Proses
terjadinya Depresi
Proses
terjadinya masalah :(Iyus, 2009)
Negative
perception to problem
|
Maladaptive
coping
|
Helplessness depresion
|
Potential self
destruction
|
stressor
|
Accumulation of
stressor
|
Masalah
seorang remaja yang terlihat tidak gembira merupakan hal yang biasa. Namun,
perlu diwaspadai bila perasaan tidak bahagia tersebut terus berlanjut sampai
lebih dari dua pekan. Ada banyak alasan mengapa seorang remaja merasa tidak
bahagia. Lingkungan yang penuh tekanan dapat memicu depresi dengan adanya
depresi, dapat muncul perasaan merasa bersalah, menurunnya ferforma disekolah,
interaksi sosial, menyimpannya orientasi seksual, maupun terganggunya kehidupan
remaja dikeluarganya. Yang paling membahayakan dari depresi adalah munculnya
ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. (Ari.2011.hal 2)
5.
Rentan
Respon
Respons adaptif Respons maladaptif
Responsif Reaksi kehilangan supresi Reaksi kehilangan mania/
yang memanjang depresi
Sumber
: Sujono, dkk. 2009
6.
Fase
Fase terjadinya depresi
adalah sebgai berikut : (Sujono, dkk. 2009)
1) Responsif
Responsif adalah respon
emosional yang terbuka dan sadar akan perasaanya. Individu dapat berperan aktif
dalam dunia internal maupun eksternal.
2) Reaksi
berduka tak terkomplikasi
Reaksi berduka tak
terkomplikasi merupakan rentang respon kehilangan yang dialami oleh individu
secara normal terpendam dalam proses berdukanya dan tidak berlangsung lama.
3) Supresi
Supresi adalah respon
emosional yang menujukkan penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri dan
terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.
4) Reaksi
berduka yang memanjang
Reaksi berduka yang
memanjang merupakan proses penyangkalan yang menetap tetapi tidak terdapat
eaksi emosional terhadap kehilangan. Ini terjadi pada awal proses berduka atau
keduanya. Reaksi berduka ini dapat terjadi selama bertahun-tahun.
5) Depresi
Disebut juga melankolia
adalah suatu kesedihan dan berduka yang berkepanjangan atau abnormal. Dapat
digunakan untuk menunjukkan fenomena tanda, gejala, keadaan emosi, reaksi
penyakit atau kondisi klinis secara menyeluruh.
7.
Jenis depresi
Depresi
berdasarkan karakteristiknya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: (Mardiya,2010.hal
4)
a)
Depresi Akut. Depresi akut mempunyai
ciri-ciri: manifestasi gejala depresi jelas (nyata), ada trauma psikologis
berat yang mendadak sebelum timbulnya gejala depresi, lamanya gejala hanya
dalam waktu singkat, secara relatif mempunyai adaptasi dan fungsi ego yang baik
sebelum sakitdan tidak ada psikopatologi yang berat dalam anggota keluarganya
yang terdekat.
b)
Depresi Kronik. Depresi kronik mempunyai
ciri-ciri: gejala depresi jelas (nyata) tetapi tidak ada faktor pencetus yang
mendadak, gejalanya dalam waktu lebih lama dari pada depresi akut. Ada gangguan
dalam penyesuaian diri sosial dan emosional sebelum sakit, biasanya dalam
bentuk kepribadian yang kaku, ada riwayat gangguan afektif pada anggota
keluarga terdekat.
c)
Depresi terselubung. Gejala depresi tak
jelas tetapi menunjukkan gejala lain misalnya; hiperaktif, tingkah laku
agresif, psikosomatik, dan sebagainya.
8. Mekanisme Coping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi
berduka yang tertunda adalah penyangkalan dan supresi yang berlebihan untuk
menghindari distres hebat yang berhubungan dengan berduka. Pada depresi
menggunakan mekanisme denial,supresi dan disosiasi.(Sujono,dkk. 2009)
9. Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan depresi
bervariasi. Dapat dilihat pada tabel berikut.(Wahyu, dkk, 2009)
Komponen
|
Perilaku
|
Afektif
|
Sedih, cemas, apatis, murung,
kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak
berdaya putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
|
Kognitif
|
Ambivalen, bingung, ragu-ragu, tidak
mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri,
pikiran merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis
|
Fisik
|
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah,
gangguan pencernaan, konstipasi, lemas, lesu, nyeri, kepala pusing, insomnia,
nyeri dada, overakting, perubahan berat badan gangguan selera makan, gangguan
menstruasi, impotensi, tidak berespon terhadap seksual
|
Tingkah laku
|
Agresif, agitasi, tidak toleran,
gangguan tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi
sosial, irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan menyedihkan,
kurang spontan, gangguan kebersihan.
|
10. Penatalaksanaan
1)
Respons Hormon Pentimulasi-Tiroid terhadap
hormon pelepasan-tirotropin: penurunan kadarnya menyatakan adanya depresi
2)
Uji Supresi-Dexsametason(DST) (sebuah
penanda tidak langsung terjadinya melangkolia): kadar kortisol pasca
dexametason yang melebihi 5g/dl menandakan adanya abnormalitas/ hasil yang
positif dan dapat digunakan untuk memperkirakan keefektifan antidepresan
3)
Pofil tidur EEG: hal ini menunjukkan
penurunan latensi tidur REM (gerakan mata yang cepat)
4)
Hitung darah lengkap, glukosa darah,
elektrolit, uji fungsi hati atau ginjal: uji ini mengidentifikasi abnormalitas
yang memperberat atau akibat dari depresi.(doenges. 2007)
B. Proses Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Pengumpulan
data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan interpretasi pola
prilaku yang mencakup informasi sebagai berikut:
a) Pertumbuhan
dan perkembangan
b) Keadaan
biofistik (penyakit maupun kecelakaan)
c) Keadaan
emosi (status mental, terutama proses berpikir dan pikiran tentang bunuh diri
atau membunuh orang lain)
d) Latar
belakang sosial budaya, ekonomi, agama
e) Penampilan
kegiatan kehidupan sehari-hari dirumah dan sekolah
f) Pola
penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial, acting not, menarik diri)
g) Pola
interaksi (keluarga, teman sebaya)
h) Persepsi
remaja tentang kepuasannya terhadap keadaan kesehatannya
i)
Tujuan kesehatan remaja
j)
Sumber materi dan nara sumber yang
tersedia bagi remaja seperti sahabat, sekolah dan keterlibatannya dalam
kegiatan di masyarakat. (Ermawati dkk, 2009)
b. Masalah
keperawatan
Masalah keperawatan
sebagai berikut :
Ø Tidak
mampu mengutarakan pendapar dan malas berbicara
Ø Merasa
dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti dan tidak ada tujuan
Ø Merasa
putus asa dan cenderung bunuh diri.
Ø Gerakan
tubuh yang terhambat
Ø Tubuh
yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot
Ø Ekspresi
wajah murung
Ø Gaya
jalan yang lambat dengan langkah yang diseret
Ø Pasien
tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan,
Ø Sukar
tidur dan sering menangis
Ø Proses
berpikir terlambat, seolah olah pikirannya kosong
Ø Konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir
Ø Mudah
tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
c. Analisis
data
Dari analisis di
dapatkan data subyektif dan data objektif yaitu:(Iyus.2009)
a) Data
subyektif
Tidak mampu
mengutarakan pendapat dan malas berbicara. Merasa dirinya sudah tidak berguna
lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung
bunuh diri.
b) Data
obyektif
Ø Gerakan
tubuh yang terhambat
Ø Tubuh
yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot
Ø Ekspresi
wajah murung
Ø Gaya
jalan yang lambat dengan langkah yang diseret
Ø Pasien
tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan,
Ø Sukar
tidur dan sering menangis
Ø Proses
berpikir terlambat, seolah olah pikirannya kosong
Ø Konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir
Ø Mudah
tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
d. Pohon
masalah/ patofisiologi
Sumber : nnpetc.blogspot.com
2.
Diagnosa
a. Gangguan
alam perasaan: depresi
b. Resiko
mencederai diri
c. Defisit
perawatan diri
d. Gangguan
komunikasi verbal (Iyus, 2009)
3.
Intervensi
Adapun intervensi dari
diagnosa depresi yaitu: (Iyus, 2009)
Dx: gangguan alam
perasaan: depresi
Tujuan umum: klien
tidak mencederai diri
Tujuan khusus:
1) Klien
dapat membina hubungan saling percaya
Ø Intervensi:
a. Perkenalkan
diri dengan klien dengan cara menyapa klien dengan rama baik verbal maupun non
verbal, selalu kontak mata selama intervensi dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
b. Lakukan
interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
c. Dengarkan
pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non
verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
d. Perhatikan
pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
e. Bicara
dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
f. Terima
pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
Ø Rasional
Adanya keterbukaan
antara perawat dan pasien agar terjalin hubungan saling percaya
2) Klien
dapat menggunakan koping adaptif
Ø Intervensi:
a. Beri
dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami
apa yang dirasakan pasien.
b. Tanyakan
kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
c. Diskusikan
dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
d. Bersama
pasien mencari berbagai alternatif koping.
e. Beri
dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat
diterima
f. Beri
dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
g. Anjurkan
pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
Ø Rasional
Konseling suportif
dapat membentuk pasien dalam mengembangkan strategi koping
3) Klien
terlindung dari perilaku mencederai diri
Ø Intervensi:
a. Pantau
dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
b. Jauhkan
dan simpan alat alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai
dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
c. Jauhkan
bahan alat yang membahayakan pasien.
d. Awasi
dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.
Ø Rasional
Mengkomunikasikan
perhatian dan memberi perasaan terlindungi
4) Klien
dapat meningkatkan harga diri
Ø Intervensi:
a. Bantu
untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b. Kaji
dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c. Bantu
mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
Ø Rasional
Berfokus pada aspek
positif kepribadian yang membantu meningkatkan konsep diri. Penguatan positif
meningkatkan harga diri.
5) Klien
dapat menggunakan dukungan sosial
Ø Intervensi:
a. Kaji
dan manfaatkan sumber sumber ekstemal individu (orang orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
b. Kaji
sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan,
kepercayaan agama).
c. Lakukan
rujukan sesuai indikasi (misal: konseling pemuka agama).
Ø Rasional
Dukungan sosial dapat
membantu pasien dalam mengatasi masalah yang menyebabkan depresi
6) Klien
dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Ø Intervensi:
a. Diskusikan
tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
b. Bantu
menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
c. Anjurkan
membicarakan efek samping yang dirasakan.
d. Beri
reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
Ø Rasional
Pemberian obat dengan
benar membantu klien sembuh dari ganggual alam perasaan
Strategi
pelaksanaan
SPIP
1) Mengidentifikasi
penyabab resiko mencederai diri
2) Mengidentifikasi
benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3) Mengamankan
benda-benda yang dapat membahayakan pasien
4) Mengajarkan
cara-cara mengendalikan dorongan mencederai diri
5) Melatih
cara mengendalikan dorongan mencederai diri
SPIIP
1) Mengidentifikasi
aspek positif pasien
2) Mendorong
pasien untuk berpikir positif
3) Mendorong
pasien untuk bersemangat menjalani aktifitas hari-harinya
SPIIIP
1) Mengevaluasi
perilaku positif pasien
2) Memberi
kesempatan kepada klien untuk berkarya sesuai dengan kemapuannya
3) Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SPIK
1) Mendiskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala depresi
3) Menjelaskan
cara-cara merawat pasien depresi
SPIIK
1) Melatih
keluarga mempraktekkan cara merawat pasien depresi
2) Melatih
keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada pasien depresi
SPIIIK
1) Membantu
keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2) Menjelaskan
follow up pasien setelah pulang
4.
Implementasi
Masalah
utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku seksual, keinginan
untuk bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku antisocial,
perilaku mengancam, keterlibatan dengan obat terlarang, hypochandriasis,
masalah diit/makan, dan takut sekolah.(Ermawati,dkk.2009)
Untuk
mencegah kesan remaja bahwa perawat memihak kepada orang tuanya, maka sangat
perlu diperhatikan perawat untuk melakukan kontak awal langsung dengan remaja.
Pengetahuan perawat tentang perkembangan normal yang dialami remaja sangat
diperlukan untuk dapat membedakan perilaku adaptif dan menentukan masalah
berdasarkan perilaku remaja merupakan langkah pertama dalam merencanakan asuhan
keperawatan. Perawat kemudian menentukan tujuan jangka pendek berdasarkan
respons maladaptive dengan memperhatikan kekuatan yang dimiliki remaja, begitu
pula tujuan jangka panjang.(Ermawati,dkk.2009)
Tinjauan terhadap
rencana asuhan keperawatan perlu dilakukan secara berkala untuk memperbaiki
situasi, catatan perkembangan dan mempertimbangkan masalah baru. Sangat penting
untuk mengkaji dan mengevaluasi proses keperawatan pada remaja. Implementasi
kegiatan perawat meliputi: (Ermawati,dkk.2009)
a. Pendidikan
pada remaja dan orang tua
Perawat adalah tenaga
kesehatan yang paling tepat untuk memberikan informasi mengenai kesehatan
berkaitan dengan penggunaan obat terlarang, masalah seks, pencegahan bunuh
diri, dan tindakan kejahatan, begitu pula informasi mengenai perilaku remaja
dan memahami konflik yang dialami mereka, orang tua, guru dan masyarakat akan
lebih suportif dalam menghadapi remaja, bahwakan dapat membantu mengembangkan
fungsi mandiri remaja dan orang tua mereka, akan menimbulkan perubahan hubungan
yang positif.
b. Terapi
keluarga
Terapi keluarga
khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan kronis dalam interaksi
keluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan pada remaja. Oleh karena itu
perawat perlu mengkaji tingkat fungsi keluarga dan perbedaan yang terdapat
didalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi perawat berinteraksi dan membantu
keluarga.
c. Terapi
kelompok
Terapi kelompok
memanfaatkan kecenderungan remaja untuk mendapat dukungan dari teman sebaya.
Konflik antara keinginan untuk mandiri dan tetap tergantung, serta konflik
berkaitan dengan tokoh otoriter, akan mudah dibahas.
d. Terapi
individu
Terapi individu oleh
perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan mendapat pendidikan formal yang
memadai. Terapi individu terdiri atas terapi yang bertujuan singkat dan terapi
penghayatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat ketika berkomunikasi
dengan remaja antara lain penggunaan teknik berdiam diri, menjaga kerahasiaan,
negativistic, resistens, berdebat, sikap menguji perawat, membawa teman untuk
terapi, dan minta perhatian khusus.
5.
Evaluasi
a. Formatif
Evaluasi formatif
merupakan pengkajian atau penilaian terus menerus terhadap kinerja, seperti
tindakan keperawatan.Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
menginplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanaka. Perunusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP.(Asmadi.2008)
b. Somatif
Evaluasi somatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Tujuannya menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan.(Asmadi.2008)
c. Standar
evaluasi (SOAP)
Evaluasi adalah proses
yang berkelanjutan untuk menilai efek
dari tindakan keperawwatan kepada pasien. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
S :respon subjektif pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : respon objektif passien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subjektif dan
objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masi tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradikasi dengan
masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut
berdassarkan hasil analisa pada respon pasien
Dari implementasi yang dilakukan diharapkan asuhan
keperawatan dapat mengatasi masalah pasien. Beberapa indikator keberhassilan
dari tahap evaluasi yang diharapkan pada klien dengan masalah utama gangguan
alam perasaan:depresi berdasarkan intervensi yang telah ditetapkan yakni:
Evaluasi
keperawatan untuk diagnosa gangguan alam perasaan: depresi yang dilakukan
pasien sebelum dilakukan tindakan pasien adalah sebagai berikut:
a) Pasien
nampak murung
b) Pasien
nampak lesu
c) Kehilangan
gairah hidup
d) Tidak
ada semangat
d. Hasil
yang diharapkan untuk klien dan keluarga
a) Klien
Ø Klien
akan mematuhi kewaspadaan bunuh diri secara suka rela, adanya tanda hubungan
yang “tidak menyakiti”
Ø Klien
akan mengunkapakan penurunan/ tidak ada ide bunuh diri
Ø Klien
akan menyatakan dua alasan untuk tidak menyakiti diri sendiri
Ø Klien
akan memutuskan tanpa tindakan membahayakan. (doenges, dkk.2007)
b) Keluarga
Ø Keluarga
mampumengawasi klien dari ide mencederai diri
Ø Keluarga
mampu menghibur pasien agar tidak terlarut dengan kesedihan, kekecewaan, dan
rasa bersalah
Ø Keluarga
memberi dorongan kepada pasien agar mampu berkarya kembali.
e. TAK
(terapi anggota kelompok)
Terapi
kelompok yang sesuai dengan kasus Depresi pada remaja ialah stimulasi sensorik.
(lilik.2011)
a) Jenis
kegiatan : mendengarkan musik
b) Kriteria
klien :
Ø Klien
menarik diri yang telah berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Ø Klien
depresi
Ø Klien
sehat secara fisik
c) Alat/media:
Ø Tape
recorder.
Ø Kaset
dengan musik yang riang.
Langkah-langkah
kegiatan
I. Fase Orientasi
1. Salam
terapeutik
2. Kontrak
:
Ø Waktu : 45 menit
Ø Tempat : ruang jiwa
Ø Topik : mendengarkan musik
3. Tujuan
aktivitas : klien dapat menyebutkan kembali isi lagu yang didengarkandan
menyebutkan perasaannya setelah mendengarkan lagu itu.
4. Aturan
main ;
Ø Setiap
klien harus mengikuti permaina dari awal sampai denagn akhir.
Ø Bila
ingin kekamar kecil, harus seizin pimpinan TAK.
II. Fase kerja
1. Hidupkan
kaset
2. Beri
kesempatan kepada klien untuk mendengarkan musik sampai selesai.
3. Tanyakan
isi lagu tersebut.
4. Beri
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah mendengarkan
lagu tersebut.
5. Ulangi
ni. 1-4 sampai beberapa lagu yang sejenis selasai didengarkan.
III. Fase terminasi
1. Evaluasi:
1) Pemimpin
TAK mengeksporasikan perasaan klien setelah mendengarkam m usik.
2) Pemimpin
TAK memberikan umpan balik positif pada klien.
3) Pemimpin
TAK meminta klien untuk mencoba mendengarkan musik yang lain dan
mendiskusikannya dengan orang orang lain dalam kehidupan sehari-harinya
2. Kontrak
Ø Waktu :
Ø Tempat : ruang jiwa
Ø Topik : senam kesegaran jasmani
3. Hasil
yang diharapkan:
75 % klien mampu:
Ø Menyebutkan
isi lagu yang didengarkan.
Ø Menyebutkan
perasaannya setelah mendengarkan lagu.
ayub 2011 buku ap ya mba itu?
BalasHapus