Kamis, 04 April 2013

keperawatan jiwa depresi pada remaja


A.    Konsep Medis
1.      Pengertian
Depresi  adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. (Iyus, 2007)
Depresi merupakan gangguan alam perassan yang berat dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan. Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama, dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi  dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. (Iyus, 2009)
Adapun masa remaja adalah masa masa peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa. Haber, Leach menentukan usia remaja antara 12-18 tahun, sementara  Wilson menggunakan usia remaja adalah 12-20 tahun.  (Ermawati, dkk. 2009)
        Masa remaja sebagai masa atau tahap perkembangan manusia yang sering mengalami depresi. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa perkembangan emosi dan seksual bersama dengan teman sebayanya. Penuh rasa cinta dan penuh rasa kasih sayang. ada kenyataannnya tidak semua anak remaja mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengecap kondisi hidup idaman ini. Berbagai persoalan hidup yang mendera anak remaja sepanjang harinya, seperti : kebodohan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan ataupun konflik dengan keluarga atau kondisi lain seperti tidak memiliki semangat dalam hidupnya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi.(Ari,2011.hal 3)
2.      Etiologi
Penyebab terjadinya depresi antara lain : (Ayub.2011)
1)        Kekecewaan
Hampir semua penderita depresi mengeluh adanya satu atau lebih kekecewaan dalam hidupnya. Sebagai penyebab kekecewaan seperti misalnya tidak lulus ujian, tidak naik kelas, tidak menjadi kaya. Jadi kekecewaan sebagai alasan bagi pasien untuk menjadi depresi.
2)        Terperangkap
Merasa dirinya terperangkat secara fisik maupun secara mental emosional. Hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya sering menjadi sebab depresi, terutama bila dia merasa terperangkat dan tak bisa lepas dari hal tersebut. Merasa terperangkat sehingga dia menjadi tidak bebas, dapat membuatnya depresi . malahan ada yang menjadi depresi karena dia terperangkap oleh kebiasaannya sendiri.
3)        Penolakan
Pada wanita penolakan cinta dan kasih sayang sering membawa ke arah depresi, sedangkan pada pria penolakan oleh kelompok atau group tertentu sering membuatnya depresi.
4)        Kurang percaya diri
Pasien depresi merasa kurang percaya diri, dan hal ini merupakan penyebab depresinya. Padahal depresi menimbulkan rasa percaya diri. Hal ini lebih jelas kepada kepribadian tertentu yang tidak pernah puas dengan keadaanya.Hal ini semakin diperhebat dengan rasa kecewa yang berlebihan.Kurang percaya diri ini disebabkan harapan yang diletakkan terlalu berlebihan, sehingga tak perna dicapainya.
5)        Perbandingan yang tak serasi
Penderita depresi justru senang memperbandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya seorang sarjana kecewa karena tidak mendapat promosi sedangkan bawahannya yang pendidikannya lebih rendah mendapatkan promosi. Hal ini merupakan perbandingan yang tak serasi, karena dia membandingkan hanya pada satu aspek saja sedangkan orang lain menilai dari banyak aspek.
6)        Tujuan yang tak rasional
Dalam hidup ini sering kita menciptakan tujuan hidup. Tujuan tidak realistik akan menyebabkan kekecewaan.
7)        Penyakit kronis
Berbagai penyakit kronis (menahun), dapat menimbulkan depresi. Penyakit jantung, hipertensi, penyakit gula, penyakit hati, akan menjalar dalam bentuk gangguan depresi.
8)        Ambivalensi (sikap mendua)
Ambivalensi ialah sikap mendua. Merasa benci tapi juga cinta, pada suatu objek dan dalam waktu yang sama. Sikap Ambivalensi ini sangat berbahaya, dan sering penderitanya mengalami depresi.
9)        Kepribadian
Ada suatu kepribadian yang paling sering menyebabkan depresi yaitu kepribadian melankolis. Orangnya sensitif, mudah tersinggung, ingin sempurna dan tidak ingin disalahkan. Kadang-kadang romantis, dan bersedia menerima penderitaan sebagai bagian dari hidupnya.
3.      Tanda dan Gejala
Gejala depresi yang sangat sering diketemukan: (Ayub.2011)
1)      Insomnia
a.       Sulit jatuh tertidur (masuk tidur)
b.      Tidur dangkal (mudah terbangun)
c.       Banyak mimpi
d.      Bangun dini hari
e.       Lesu setelah bangun di pagi hari
2)      Anxietas (cemas, was-was, dan khawatir)
Pada penderita depresi terjadi gangguan Anxietas dalam waktu yang relatif normal dengan intensitas yang tinggi. Bila hal ini terjadi akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Konsentrasinya akan terganggu dan berbagai gejala di bawah ini akan timbul:
Bentuknya sebagai berikut, yaitu:
a.       Cemas
b.      Stress
c.       Berbagai gangguan somatic, yaitu:
a)      Sistem Kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
b)      Sistem Pencernaan
c)      Sistem Urugenital (kemih)
d)     Yang paling sering adalah keluhan pada sistem otonom. Seperti misalnya sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, kelopak mata bergetar, suara menjadi parau, tercekik, berkeringat dingin terutama pada telapak tangan, dan gemetar.
3)      Gangguan emosi
Gangguan emosi sering terlihat pada gangguan depresi ringan. Ciri-ciri gagguan depresi terdiri dari:
a.       Disforia
Ditandai dengan ketidakmampuan berkomunikasi secara emosional, karena dirinya penuh dengan pelbagai tekanan mental. Pasien lebih menarik diri dari lingkungan tak mau bergaul, dan menyendiri. Sepanjang hari dia merasakan duka nestapa dan kesedihan yang mendalam tanpa suatu sebab yang jelas.
b.      Anhedonia
Yaitu ketidakmampuan untuk menikmati kesenangan. Kerjaan, kedudukan, nama besar, dan kemuliaan serta kekuasaan yang didapat dari kerja yang dilakukan semestinya sesuatu yang membahagiakan. Hal-hal tersebut mulai tak diminati lagi, kebanyakan penderita depresi mulai sedang bekerja, segan mencari kedudukan dan nama besar, serta kurang bergairah pada kerja, tak peduli pada kewajiban, kemuliaan dan kedudukan.
c.       Gangguan konsentrasi
Afek yang rendah dapat menyebabkan konsentrasi menurun. Penderita depresi mengeluh sulit memusatkan perhatian dan sukar menangkap hal-hal yang baru dipelajatinya. Tak dapat berdebat dengan cepat, pikirannya cepat buntu dan sulit untuk mengemukakan pendapat. Menjadi pelupa seperti orang tua pikun. Penurunan daya ingat  ini seperti orang yang menderita pikun, namun beda dengan pikun yang makin lama pelupanya makin hebat. Penurunan daya ingat ini sifatnya sementara. Bila dia telah sembuh dari depresi, daya ingatnya akan baik kembali seperti sedia kala.
d.      Bunuh Diri
Beberapa dokter segan menanyakan gejala “suicide” karena menurut mereka pertanyaan itu seperti menyarankan suatu ide yang buruk kepada pasiennya. Padahal yang sebenarnya pasien mempunyai pikiran tersebut. Depresi yang hebat, pikiran bunuh diri telah ada dalam benaknya, sedangkan pada depresi yang relatif ringan pikiran itu walaupun ada, tetapi dicoba ditolaknya karena berbagai alasan. Namun sebenarnya mereka kehilangan semangat hidup, tak bergairah akan kehidupan ini dan dalam taraf lebih lanjut mengemukakan bahwa mereka lebih baik mati saja daripada menderita seperti ini. Pada pasien depresi. Tindakan bunuh diri dilakukan bukan untuk tujuan tertentu, melainkan merupakan bagian dari penyakitnya sendiri, yaitu bagian rasa bersalah dan berdosa.
e.       Agitasi atau Retardasi
Depresi dengan Agitasi, dapat menjadi agresif dan mengancam dengan emosi yang meluap. Bentuk yang ringan tampil dalam bentuk kegelisahan, tak dapat duduk diam selalu mengerak-gerakkan tangan, menggigit-gigit kuku atau mencabut rambut. Pasien  depresi dengan Retardasi dalam bentuk yang ekstrem, menolak bicara dalam bentuk yang ringan biasanya segala gerakannya lambat dan tak bergairah. Wajahnya murung tampak perubahan mimik sama sekali.
f.       Gejala lain
Kadang terdapat gejala halusinasi khususnya pada depresi psikotik. Halusinasi pada depresi tertuju pada dirinya, sesuai dengan emosi pada saat itu. Hal ini berbeda dengan halusinasi pada skizofrenia dimana terdengar suara-suara dari  dua orang atau lebih.
4.      Proses terjadinya Depresi           
Proses terjadinya masalah :(Iyus, 2009)
Negative perception to problem
Maladaptive coping
Helplessness depresion
Potential self destruction
stressor
Accumulation of stressor
 











Masalah seorang remaja yang terlihat tidak gembira merupakan hal yang biasa. Namun, perlu diwaspadai bila perasaan tidak bahagia tersebut terus berlanjut sampai lebih dari dua pekan. Ada banyak alasan mengapa seorang remaja merasa tidak bahagia. Lingkungan yang penuh tekanan dapat memicu depresi dengan adanya depresi, dapat muncul perasaan merasa bersalah, menurunnya ferforma disekolah, interaksi sosial, menyimpannya orientasi seksual, maupun terganggunya kehidupan remaja dikeluarganya. Yang paling membahayakan dari depresi adalah munculnya ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. (Ari.2011.hal 2)

5.      Rentan Respon
                   Respons adaptif                             Respons maladaptif



            Responsif   Reaksi kehilangan    supresi           Reaksi kehilangan            mania/
                                                                                       yang memanjang            depresi
Sumber : Sujono, dkk. 2009
6.      Fase
Fase terjadinya depresi adalah sebgai berikut : (Sujono, dkk. 2009)
1)      Responsif
Responsif adalah respon emosional yang terbuka dan sadar akan perasaanya. Individu dapat berperan aktif dalam dunia internal maupun eksternal.
2)      Reaksi berduka tak terkomplikasi
Reaksi berduka tak terkomplikasi merupakan rentang respon kehilangan yang dialami oleh individu secara normal terpendam dalam proses berdukanya dan tidak berlangsung lama.
3)      Supresi
Supresi adalah respon emosional yang menujukkan penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri dan terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.
4)      Reaksi berduka yang memanjang
Reaksi berduka yang memanjang merupakan proses penyangkalan yang menetap tetapi tidak terdapat eaksi emosional terhadap kehilangan. Ini terjadi pada awal proses berduka atau keduanya. Reaksi berduka ini dapat terjadi selama bertahun-tahun.
5)      Depresi
Disebut juga melankolia adalah suatu kesedihan dan berduka yang berkepanjangan atau abnormal. Dapat digunakan untuk menunjukkan fenomena tanda, gejala, keadaan emosi, reaksi penyakit atau kondisi klinis secara menyeluruh.
7.      Jenis depresi
Depresi berdasarkan karakteristiknya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: (Mardiya,2010.hal 4)
a)      Depresi Akut. Depresi akut mempunyai ciri-ciri: manifestasi gejala depresi jelas (nyata), ada trauma psikologis berat yang mendadak sebelum timbulnya gejala depresi, lamanya gejala hanya dalam waktu singkat, secara relatif mempunyai adaptasi dan fungsi ego yang baik sebelum sakitdan tidak ada psikopatologi yang berat dalam anggota keluarganya yang terdekat.
b)      Depresi Kronik. Depresi kronik mempunyai ciri-ciri: gejala depresi jelas (nyata) tetapi tidak ada faktor pencetus yang mendadak, gejalanya dalam waktu lebih lama dari pada depresi akut. Ada gangguan dalam penyesuaian diri sosial dan emosional sebelum sakit, biasanya dalam bentuk kepribadian yang kaku, ada riwayat gangguan afektif pada anggota keluarga terdekat.
c)      Depresi terselubung. Gejala depresi tak jelas tetapi menunjukkan gejala lain misalnya; hiperaktif, tingkah laku agresif, psikosomatik, dan sebagainya.
8.      Mekanisme Coping
     Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi berduka yang tertunda adalah penyangkalan dan supresi yang berlebihan untuk menghindari distres hebat yang berhubungan dengan berduka. Pada depresi menggunakan mekanisme denial,supresi dan disosiasi.(Sujono,dkk. 2009)
9.      Perilaku
     Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Dapat dilihat pada tabel berikut.(Wahyu, dkk, 2009)
Komponen
Perilaku
Afektif
Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif
Ambivalen, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis
Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, lemas, lesu, nyeri, kepala pusing, insomnia, nyeri dada, overakting, perubahan berat badan gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impotensi, tidak berespon terhadap seksual
Tingkah laku
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi sosial, irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

10.  Penatalaksanaan
1)             Respons Hormon Pentimulasi-Tiroid terhadap hormon pelepasan-tirotropin: penurunan kadarnya menyatakan adanya depresi
2)             Uji Supresi-Dexsametason(DST) (sebuah penanda tidak langsung terjadinya melangkolia): kadar kortisol pasca dexametason yang melebihi 5g/dl menandakan adanya abnormalitas/ hasil yang positif dan dapat digunakan untuk memperkirakan keefektifan antidepresan
3)             Pofil tidur EEG: hal ini menunjukkan penurunan latensi tidur REM (gerakan mata yang cepat)
4)             Hitung darah lengkap, glukosa darah, elektrolit, uji fungsi hati atau ginjal: uji ini mengidentifikasi abnormalitas yang memperberat atau akibat dari depresi.(doenges. 2007)
B.     Proses Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan interpretasi pola prilaku yang mencakup informasi sebagai berikut:
a)      Pertumbuhan dan perkembangan
b)      Keadaan biofistik (penyakit maupun kecelakaan)
c)      Keadaan emosi (status mental, terutama proses berpikir dan pikiran tentang bunuh diri atau membunuh orang lain)
d)     Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
e)      Penampilan kegiatan kehidupan sehari-hari dirumah dan sekolah
f)       Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial, acting not, menarik diri)
g)      Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
h)      Persepsi remaja tentang kepuasannya terhadap keadaan kesehatannya
i)        Tujuan kesehatan remaja
j)        Sumber materi dan nara sumber yang tersedia bagi remaja seperti sahabat, sekolah dan keterlibatannya dalam kegiatan di masyarakat. (Ermawati dkk, 2009)
b.      Masalah keperawatan
Masalah keperawatan sebagai berikut :
Ø  Tidak mampu mengutarakan pendapar dan malas berbicara
Ø  Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti dan tidak ada tujuan
Ø  Merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
Ø  Gerakan tubuh yang terhambat
Ø  Tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot
Ø  Ekspresi wajah murung
Ø  Gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret
Ø  Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan,
Ø  Sukar tidur dan sering menangis
Ø  Proses berpikir terlambat, seolah olah pikirannya kosong
Ø  Konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir
Ø  Mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
c.       Analisis data
Dari analisis di dapatkan data subyektif dan data objektif yaitu:(Iyus.2009)
a)      Data subyektif
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
b)      Data obyektif
Ø  Gerakan tubuh yang terhambat
Ø  Tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot
Ø  Ekspresi wajah murung
Ø  Gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret
Ø  Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan,
Ø  Sukar tidur dan sering menangis
Ø  Proses berpikir terlambat, seolah olah pikirannya kosong
Ø  Konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir
Ø  Mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
d.      Pohon masalah/ patofisiologi
Sumber : nnpetc.blogspot.com
2.      Diagnosa
a.       Gangguan alam perasaan: depresi
b.      Resiko mencederai diri
c.       Defisit perawatan diri
d.      Gangguan komunikasi verbal (Iyus, 2009)
3.      Intervensi
Adapun intervensi dari diagnosa depresi yaitu: (Iyus, 2009)
Dx: gangguan alam perasaan: depresi
Tujuan umum: klien tidak mencederai diri
Tujuan khusus:
1)   Klien dapat membina hubungan saling percaya
Ø  Intervensi:
a.       Perkenalkan diri dengan klien dengan cara menyapa klien dengan rama baik verbal maupun non verbal, selalu kontak mata selama intervensi dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b.      Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
c.       Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
d.      Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
e.       Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
f.       Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
Ø  Rasional
Adanya keterbukaan antara perawat dan pasien agar terjalin hubungan saling percaya
2)      Klien dapat menggunakan koping adaptif
Ø  Intervensi:
a.       Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
b.      Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
c.       Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
d.      Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
e.       Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
f.       Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
g.      Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
Ø  Rasional
Konseling suportif dapat membentuk pasien dalam mengembangkan strategi koping
3)      Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Ø  Intervensi:
a.       Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
b.      Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
c.       Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
d.      Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.
Ø  Rasional
Mengkomunikasikan perhatian dan memberi perasaan terlindungi
4)      Klien dapat meningkatkan harga diri
Ø  Intervensi:
a.       Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b.      Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c.       Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
Ø  Rasional
Berfokus pada aspek positif kepribadian yang membantu meningkatkan konsep diri. Penguatan positif meningkatkan harga diri.
5)      Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Ø  Intervensi:
a.       Kaji dan manfaatkan sumber sumber ekstemal individu (orang orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
b.      Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
c.       Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: konseling pemuka agama).
Ø  Rasional
Dukungan sosial dapat membantu pasien dalam mengatasi masalah yang menyebabkan depresi
6)      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Ø  Intervensi:
a.       Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
b.      Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
c.       Anjurkan membicarakan efek samping yang dirasakan.
d.      Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
Ø  Rasional
Pemberian obat dengan benar membantu klien sembuh dari ganggual alam perasaan
Strategi pelaksanaan
SPIP
1)      Mengidentifikasi penyabab resiko mencederai diri
2)      Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3)      Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
4)      Mengajarkan cara-cara mengendalikan dorongan mencederai diri
5)      Melatih cara mengendalikan dorongan mencederai diri
SPIIP
1)      Mengidentifikasi aspek positif pasien
2)      Mendorong pasien untuk berpikir positif
3)      Mendorong pasien untuk bersemangat menjalani aktifitas hari-harinya
SPIIIP
1)      Mengevaluasi perilaku positif pasien
2)      Memberi kesempatan kepada klien untuk berkarya sesuai dengan kemapuannya
3)      Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SPIK
1)      Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2)      Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala depresi
3)      Menjelaskan cara-cara merawat pasien depresi
SPIIK
1)      Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien depresi
2)      Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada pasien depresi
SPIIIK
1)      Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2)      Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
4.      Implementasi
Masalah utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku seksual, keinginan untuk bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku antisocial, perilaku mengancam, keterlibatan dengan obat terlarang, hypochandriasis, masalah diit/makan, dan takut sekolah.(Ermawati,dkk.2009)
Untuk mencegah kesan remaja bahwa perawat memihak kepada orang tuanya, maka sangat perlu diperhatikan perawat untuk melakukan kontak awal langsung dengan remaja. Pengetahuan perawat tentang perkembangan normal yang dialami remaja sangat diperlukan untuk dapat membedakan perilaku adaptif dan menentukan masalah berdasarkan perilaku remaja merupakan langkah pertama dalam merencanakan asuhan keperawatan. Perawat kemudian menentukan tujuan jangka pendek berdasarkan respons maladaptive dengan memperhatikan kekuatan yang dimiliki remaja, begitu pula tujuan jangka panjang.(Ermawati,dkk.2009)
Tinjauan terhadap rencana asuhan keperawatan perlu dilakukan secara berkala untuk memperbaiki situasi, catatan perkembangan dan mempertimbangkan masalah baru. Sangat penting untuk mengkaji dan mengevaluasi proses keperawatan pada remaja. Implementasi kegiatan perawat meliputi: (Ermawati,dkk.2009)
a.       Pendidikan pada remaja dan orang tua
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan informasi mengenai kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat terlarang, masalah seks, pencegahan bunuh diri, dan tindakan kejahatan, begitu pula informasi mengenai perilaku remaja dan memahami konflik yang dialami mereka, orang tua, guru dan masyarakat akan lebih suportif dalam menghadapi remaja, bahwakan dapat membantu mengembangkan fungsi mandiri remaja dan orang tua mereka, akan menimbulkan perubahan hubungan yang positif.
b.      Terapi keluarga
Terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan kronis dalam interaksi keluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan pada remaja. Oleh karena itu perawat perlu mengkaji tingkat fungsi keluarga dan perbedaan yang terdapat didalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi perawat berinteraksi dan membantu keluarga.
c.       Terapi kelompok
Terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk mendapat dukungan dari teman sebaya. Konflik antara keinginan untuk mandiri dan tetap tergantung, serta konflik berkaitan dengan tokoh otoriter, akan mudah dibahas.
d.      Terapi individu
Terapi individu oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan mendapat pendidikan formal yang memadai. Terapi individu terdiri atas terapi yang bertujuan singkat dan terapi penghayatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat ketika berkomunikasi dengan remaja antara lain penggunaan teknik berdiam diri, menjaga kerahasiaan, negativistic, resistens, berdebat, sikap menguji perawat, membawa teman untuk terapi, dan minta perhatian khusus. 
5.      Evaluasi
a.       Formatif
Evaluasi formatif merupakan pengkajian atau penilaian terus menerus terhadap kinerja, seperti tindakan keperawatan.Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat menginplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaka. Perunusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP.(Asmadi.2008)
b.      Somatif
Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Tujuannya menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.(Asmadi.2008)
c.       Standar evaluasi (SOAP)
Evaluasi adalah proses yang  berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawwatan kepada pasien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
S          :respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O       : respon objektif passien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A       : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk  menyimpulkan apakah masalah masi tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradikasi dengan masalah yang ada
P        : perencanaan atau tindak lanjut berdassarkan hasil analisa pada respon pasien
          Dari implementasi yang dilakukan diharapkan asuhan keperawatan dapat mengatasi masalah pasien. Beberapa indikator keberhassilan dari tahap evaluasi yang diharapkan pada klien dengan masalah utama gangguan alam perasaan:depresi berdasarkan intervensi yang telah ditetapkan yakni:
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa gangguan alam perasaan: depresi yang dilakukan pasien sebelum dilakukan tindakan pasien adalah sebagai berikut:
a)      Pasien nampak murung
b)      Pasien nampak lesu
c)      Kehilangan gairah hidup
d)     Tidak ada semangat
d.      Hasil yang diharapkan untuk klien dan keluarga
a)      Klien
Ø  Klien akan mematuhi kewaspadaan bunuh diri secara suka rela, adanya tanda hubungan yang “tidak menyakiti”
Ø  Klien akan mengunkapakan penurunan/ tidak ada ide bunuh diri
Ø  Klien akan menyatakan dua alasan untuk tidak menyakiti diri sendiri
Ø  Klien akan memutuskan tanpa tindakan membahayakan. (doenges, dkk.2007)
b)      Keluarga
Ø  Keluarga mampumengawasi klien dari ide mencederai diri
Ø  Keluarga mampu menghibur pasien agar tidak terlarut dengan kesedihan, kekecewaan, dan rasa bersalah
Ø  Keluarga memberi dorongan kepada pasien agar mampu berkarya kembali.
e.       TAK (terapi anggota kelompok)
Terapi kelompok yang sesuai dengan kasus Depresi pada remaja ialah stimulasi sensorik. (lilik.2011)
a)      Jenis kegiatan : mendengarkan musik
b)      Kriteria klien :
Ø  Klien menarik diri yang telah berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Ø  Klien depresi
Ø  Klien sehat secara fisik
c)      Alat/media:
Ø  Tape recorder.
Ø  Kaset dengan musik yang riang.
Langkah-langkah kegiatan
                                                    I.     Fase Orientasi
1.      Salam terapeutik
2.      Kontrak :
Ø  Waktu    : 45 menit
Ø  Tempat   : ruang jiwa
Ø  Topik      : mendengarkan musik
3.      Tujuan aktivitas : klien dapat menyebutkan kembali isi lagu yang didengarkandan menyebutkan perasaannya setelah mendengarkan lagu itu.
4.      Aturan main ;
Ø  Setiap klien harus mengikuti permaina dari awal sampai denagn akhir.
Ø  Bila ingin kekamar kecil, harus seizin pimpinan TAK.
                                                 II.     Fase kerja
1.      Hidupkan kaset
2.      Beri kesempatan kepada klien untuk mendengarkan musik sampai selesai.
3.      Tanyakan isi lagu tersebut.
4.      Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah mendengarkan lagu tersebut.
5.      Ulangi ni. 1-4 sampai beberapa lagu yang sejenis selasai didengarkan.
                                              III.     Fase terminasi
1.      Evaluasi:
1)      Pemimpin TAK mengeksporasikan perasaan klien setelah mendengarkam m usik.
2)      Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada klien.
3)      Pemimpin TAK meminta klien untuk mencoba mendengarkan musik yang lain dan mendiskusikannya dengan orang orang lain dalam kehidupan sehari-harinya
2.      Kontrak
Ø  Waktu       :
Ø  Tempat      : ruang jiwa
Ø  Topik        : senam kesegaran jasmani
3.      Hasil yang diharapkan:
75 %  klien mampu:
Ø  Menyebutkan isi lagu yang didengarkan.
Ø  Menyebutkan perasaannya setelah mendengarkan lagu.


























1 komentar: